Pengalaman Mengikuti Ziarah Wali 5 Start Kabupaten Malang

  Ziarah wali 5 kali ini merupakan pengalaman pertama buat saya. Ceritanya berawal ketika ibu diajak salah seorang tetangga yang syukuran dengan mengajak keluarga besarnya dan tetangga di sekitar rumahnya untuk mengunjungi wali 5. Kebetulan Ibu saya mendapat dua tiket. Karena kedua kakak dan keponakan pada sibuk, Ibuk pun mengajak saya untuk berangkat,

Berkat ziarah wali 5 ini juga, untuk kedua kalinya saya pulang alias mudik dengan mengendarai sepeda motor sendiri. Ya begitulah setelah dilahirkan 40 tahun lamanya dan merantau lebih dari separuh usia saya, baru dua kali berani naik motor pulang sendirian ke desa.

Bagi orang lain, mungkin ini hal yang biasa. tapi bagi saya suatu kebanggaan tersendiri dong. Karena jalan menuju desa saya itu terbilang agak susah karena harus naik turun dan melewati tikungan yang tidak sedikit.

Baiklah lanjut ke cerita ziarah wali 5 ya. Sebelumnya saya sudah diberi tahu Ibuk kalau perjalanan akan dimulai sekitar pukul 13.00. Saya pun berangkat ke desa Ibu saya pukul 09.30 dan sampai satu jam kemudian. Buat saya yang terbiasa motoran dengan santai, waktu satu jam untuk menempuh perjalanan sejauh 30 KM dengan medan yang naik, turun, dan berliku itu lumayan cepat.

Sekitar pukul 13.30 dengan menaiki sebuah bus ukuran besar kami berangkat. Sedikit molor karena harus menunggu peserta lain yang terlambat. Perjalanan menuju pintu tol di Malang kota tepatnya di daerah Sawojajar sedikit terhambat.

Penyebab keterlambatan itu antara lain karena long weekend dan musim tebu. Dimana setiap musim tebu, sepanjang perjalanan kita akan bertemu dengan truk yang mengangkut tebu menuju pabrik gula.

Ternyata begitu memasuki Tol, lalu lintas pun sama padatnya. Dari Malang sampai Surabaya jalan tol penuh dengan kendaraan. Bahkan pintu tol Kejapanan yang sedemikian luas itu juga penuh. Barulah setelah melewati Surabaya, jalanan mulai longgar.

Sekitar pukul 18.00 kami berhenti di rest area Kebomas Gresik untuk istirahat, sholat dan makan. Kurang lebih satu jam berada di sana, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Tuban untuk berziarah di Makam Sunan Bonang.

Ziarah ke Makam Sunan Bonang

Waktu menunjukkan pukul 21.14 ketika kami tiba di parkiraan wisata ziarah Sunan Bonang. Lokasi parkir dengan area makam cukup jauh. Kami pun menuju kesana dengan naik becak. Saya naik becak berdua dengan Ibuk. Tarif becak dari parkiran ke makam adalah Rp 15.000 untuk dua orang, namun jika becak diisi tiga orang tarifnya menjadi Rp 20.000 

Di luar area makam terdapat jajaran penjual yang menawarkan aneka makanan. Kami berada di makam kurang lebih selama tiga puluh menit. Sebelum kembali ke area parkir Bus, saya membeli satu kantong buah sawo yang harganya sangat murah, cuma Rp 5000 saja.

Dari area makam ke parkiran bus, ditempuh dengan naik becak selama hampir 10 menit. Lumayan jauh juga kalau jalan kaki. Dan karena jalan kembali ke parkiran ini agak naik, maka tarifnya sedikit lebih mahal, yaitu Rp 20.000.

Makam Syekh Maulana Ibrahim Asmoro Qondi

Tujuan berikutnya adalah Makam Syekh Maulana Ibrahim Asmoro Qondi, beliau adalah ayah dari Sunan Ampel. Lokasinya tidak jauh dari makam Sunan Bonang, hanya berjarak 7 KM saja. Suasana makam cukup ramai, beberapa rombongan yang kami jumpai disini juga kami jumpai di makam sunan Bonang. Hal itu kami ketahui dari seragam yang mereka kenakan, jadi mudah diingat.

Malam Sunan Drajat

Dari makam Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi, kami bertolak menuju makam Sunan Drajat pada pukul 00.30 dan sampai pada pukul 01.18. Karena berada di sana pada tengah malam, saya hanya bisa melihat pemandangan di sekitar jalan menuju makam saja. Dimana kami harus melewati selasar yang cukup panjang dengan bangunan terbuat dari kayu jati.

Seperti halnya di area pemakaman lain, di sekitar tempat parkir bus juga terdapat aneka penjual makanan. Salah satunya adalah penjual cilok. Harga cilok di dekat pemakaman Sunan Drajat ini sama dengan harga cilok di tempat saya, padahal disini adalah tempat wisata. Saya dan Ibuk membeli cilok masing-masing Rp 10.000. Ada yang ukurannya besar, ukuran normal dan beberapa buah tahu.

Rasa ciloknya enak, bumbunya terasa dan ciloknya tidak kenyal banget. Tengah malam makan yang hangat dan pedas seperti ini cocok banget, apalagi setelah berjalan dari dan menuju ke makam.

Makam Syech Maulana Ishaq

Pada pukul 02.11 kami melanjutkan perjalanan menuju makam Syech Maulana Ishaq. Area pemakaman ini cukup luas. Di samping kanan pendopo utama berdiri megah sebuah masjid yang nampak baru. Di samping kiri terdapat semacam aula luas yang digunakan untuk menginap para jamaah. di depan aula tersebut juga berdiri sebuah bangunan baru yang cukup besar. Sedangkan di depan pendopo utama terdapat beberapa gazebo yang lumayan besar. Gazebo ini juga digunakan oleh para jamaah untuk beristirahat,

Rombongan kami berada di sini mulai pukul 02.00 an hingga setelah subuh. Waktu yang singkat tersebut kami manfaatkan untuk istirahat sekaligus mandi pagi. Kamar mandi yang tersedia cukup banyak dan airnya tipikal wilayah pesisir yaitu sedikit payau.

Makam Sunan Giri

Masih di Wilayah Gresik, tujuan kami selanjutnya adalah makam Sunan Giri. Makam Sunan Lokasi parkir Bus dengan makam cukup jauh. Untuk menuju ke sana bisa ditempuh dengan naik ojek atau naik delman. Tarif untuk ojek adalah Rp 20.000 namun bisa berdua. Sedangkan tarif delman adalah Rp 10.000 perorang. 

Sayang sekali saat itu rombongan kami datang terlalu awal, jadi belum ada delman yang beroperasi. Kami pun naik ojek yang banyak tersedia di sana.

Seperti nama beliau yaitu Sunan Giri yang berarti Gunung, untuk menuju makam kita harus melewati anak tangga yang lumayan tinggi. Untunglah hari masih pagi, dan badan segar setelah istirahat dan mandi, jadi tidak terasa melelahkan.

Setelah selesai berziarah, kami menuju titik kedatangan ojek tadi. Untuk keluar dari area makam, kami dilewatkan ke sebuah pasar oleh-oleh. Namun karena hari masih pagi, pasar tersebut belum buka sama sekali. 

Rupanya di tempat kami turun dari ojek tadi sudah ada delman yang beroperasi, namun karena jumlahnya terbatas dan harus menunggu lama, kami pun lagi-lagi naik ojek menuju tempat parkir bus dengan tarif yang sama.

Jika anda mengendarai elf atau kendaraan pribadi, Anda tak perlu naik ojek. Karena parkir kendaraan kecil ini ada di sekitar makam. Hanya bus besar yang parkirnya jauh.

Makam Sunan Ampel

Makam Sunan Ampel berada di kota Surabaya dengan ciri khas cuacanya yang panas. Kami datang di area parkir bus makam Sunan Ampel sekitar pukul 09.00 pagi namun cuaca yang kami rasakan layaknya tengah hari bolong di Malang.

Dari parkir bus ke area makam kami harus berjalan menyusuri jalan raya kemudian menyeberangi dua buah jalan besar. Jaraknya tak terlalu jauh, cukup ditempuh dengan jalan kaki. Sebelum memasuki makam kita akan menjumpai deretan pedagang, mulai dari makanan hingga pakaian untuk oleh-oleh.

Makanan yang dijual disini lebih beraneka ragam, seperti kebeb, samosa, dan martabak. 


Komentar

Postingan Populer